Analisa saham BIRD: Low-risk, double-digit growth segment non-taxi

·

·

,

Blue Bird Tbk adalah perusahaan transportasi yang sudah cukup lama berkiprah di Indonesia. Didirikan pada tahun 2001, perusahaan ini memulai bisnisnya dengan fokus pada layanan taksi. Seiring berjalannya waktu, Blue Bird terus berkembang dan memperluas layanannya, tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di berbagai kota besar di Indonesia seperti Bali, Bandung, Surabaya, dan masih banyak lagi.

image 20
Analisa saham BIRD: Low-risk, double-digit growth segment non-taxi 19

Kantor pusat Blue Bird berlokasi di Jakarta Barat, sementara kantor operasionalnya berada di Jakarta Selatan. Perusahaan ini memiliki berbagai anak perusahaan yang menaungi layanan seperti taksi eksekutif, layanan antar-jemput, hingga penyewaan bus.

Pada tahun 2014, Blue Bird resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini menunjukkan kepercayaan publik terhadap kinerja dan prospek perusahaan di masa depan. Dengan menjadi perusahaan terbuka, Blue Bird semakin transparan dan akuntabel dalam menjalankan bisnisnya. Kepemilikan sahamnya dimiliki public (each below 5%) sebesar 36,62%, PT. Pustaka Citra Djokosoetono sebesar 28,37% dan sisanya oleh Purnomo Prawiro, Kresna Priawan Djokosoetono, Sigit Priawan Djokosoetono, Indra Priawan Djokosoetono dan Adrianto Djokosoetono. Struktur kepemilikan Blue Bird didominasi oleh keluarga Djokosoetono, dengan PT Pusaka Citra Djokosoetono sebagai pemegang saham mayoritas. Keluarga ini juga memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan.

Business model saham BIRD

Secara singkat, Blue Bird adalah perusahaan transportasi terkemuka di Indonesia yang telah berhasil membangun reputasi yang baik selama bertahun-tahun. Dengan jaringan yang luas dan berbagai layanan yang ditawarkan, Blue Bird telah menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang membutuhkan layanan transportasi yang nyaman dan terpercaya.

Business model BIRD ini sangat simple, terlihat dari sankey diagramnya. ~75% fokus di taxi, ~25% di non taxi. Jumlah armada taxi regular terus meningkat dengan kenaikan ~7% YoY, namun taksi eksekutif menurun. Namun dari perubahan armada ini, ada satu segment yang sangat menarik perhatian kami, yakni penambahan armada untuk segment non-taxi. Misalnya saja penambahan untuk sewa kendaraan dan bus sebesar 18% YoY, sementara untuk shuttle bus sebesar 40% YoY. Jika kita kombinasikan, pertumbuhan armada non-taxi adalah sebesar 19% YoY.

image 18
Analisa saham BIRD: Low-risk, double-digit growth segment non-taxi 20
image 19
Analisa saham BIRD: Low-risk, double-digit growth segment non-taxi 21

Performance bisnis BIRD

Secara garis besar, kinerja keuangan Blue Bird Tbk. menunjukkan tren pertumbuhan yang positif, terutama pada pendapatan di segment non-taxi.

Pendapatan di 6M24 adalah yang tertinggi dengan Q2 2024 juga laba tertinggi BIRD di angka 147 M sejak masa kejayaan 2015. Dengan laba annualized di 526 M, akan menghasilkan 16% growth YoY. Secara sektor transportasi sudah tumbuh double digit YoY sehingga, sektor transportasi menjadi salah satu sektor menarik di tahun ini.

image 21
Analisa saham BIRD: Low-risk, double-digit growth segment non-taxi 22

Berdasarkan research BCA Sekuritas dan guidance management, utilization rate akan berada di level 75 ~ 77% dengan YoY growth expected di 14%. Namun kinerja Q2 2024 ini jauh melebihi ekspektasi dan guidance, sehingga yang terjadi adalah adanya perbaikan margin GPM dari 30.9% (Q1 2024) ke 32.5% (Q2 2024), terutama di kontribusikan oleh segment taxi, serta utilization rate di Q2 2024 adalah di ~78%.

image 22
Analisa saham BIRD: Low-risk, double-digit growth segment non-taxi 23

Kenaikan margin dan growth Q2 ini cukup impressive menimbang beberapa faktor:

  1. Kenaikan harga di 1Q24, tidak membuat penurunan utilisasi
  2. Jumlah hari kerja lebih sedikit
  3. Jumlah armada yang kurang lebih sama antara Q1 dan Q2
  4. Keberhasilan meningkatkan trip akibat promo 51 tahun Blue Bird bulan Mei
  5. Secara harga cukup kompetitif dan berada di middle range vs Gocar dan Grab
image 23
Analisa saham BIRD: Low-risk, double-digit growth segment non-taxi 24
image 24
Analisa saham BIRD: Low-risk, double-digit growth segment non-taxi 25

Financial health dan profitability BIRD

Dari segi financial cashflow, terlihat bahwa CFO (operating cashflow) sekitar 2x net income, menunjukkan bahwa laba BIRD adalah real cash bukan hanya diatas kertas. Pada kasus dimana CFO sangat tinggi namun net income nya cukup rendah, menunjukkan bahwa “diatas kertas”, porsi dari tax, depreciation, amortization cukup tinggi.

Hal ini wajar karena BIRD adalah bisnis brick and mortar dengan banyak asset berupa kendaraan. Nilai kendaraan akan terus menurun (depresiasi), namun tidak serta merta setelah 1-2 tahun langsung ganti kan?

image 25
Analisa saham BIRD: Low-risk, double-digit growth segment non-taxi 26

Pada income statement trend, terlihat debt kurang lebih dengan cash hanya saja 75% nya long-term debt. Nilai cash saat ini di 1.2 T, dan short-term debt di 315 M, artinya untuk membayarkan dividend dan working capital masih sangat cukup. Hal ini menandakan bahwa kita bisa expect dividend kedepannya masih aman dan bisa jadi meningkat karena earning growth yang baik.

image 27
Analisa saham BIRD: Low-risk, double-digit growth segment non-taxi 27
image 26
Analisa saham BIRD: Low-risk, double-digit growth segment non-taxi 28

Dari sisi profitabilitas dan valuasi, rasio-rasio seperti NPM dan ROE nya menunjukkan kinerja yang cukup baik, terutama pada tahun 2024. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan mampu mengelola biaya dengan efisien dan menghasilkan keuntungan yang cukup baik dari modal dan aset yang dimiliki. ROE sudah stabil di level 8% dimana mirip dengan profitability sebelum Pandemic di 8 ~ 10%.

Valuasi BIRD saat ini di angka PBV 0.8x dimana angka ini mirip dengan ROE nya. Artinya bila melihat kinerja saat ini, BIRD berada di level fair. Namun jika kita masukkan faktor growth, BIRD bisa dikatakan slightly undervalue.

Ketika valuasi BIRD di compare ke perusahaan sejenis: ASSA dan WEHA, terlihat bahwa valuasi BIRD berada di tengah-tengah. WEHA paling murah dan ASSA paling mahal, apalagi dengan ROE WEHA lebih tinggi dibandingkan PBV nya. Hanya saja, ada faktor kepercayaan management dan Moat (competitive advantage) disini kenapa BIRD dihargai sedikit lebih mahal dari WEHA.

Hanya saja, BIRD memiliki ROE yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri. Ini artinya, perusahaan belum terlalu efektif dalam menghasilkan keuntungan dari modal yang dimiliki oleh pemegang saham. Namun hal ini menjadi wajar ketika kita sadar bahwa BIRD 75% nya taxi yang kompetisinya cukup sulit. Berbeda dengan segment non-taxi nya yang bisa memberikan margin lebih besar.

image 29
Analisa saham BIRD: Low-risk, double-digit growth segment non-taxi 29

Ada beberapa Moat Blue Bird:

  1. Brand dan distribusi yang kuat, BIRD memiliki banyak sekali shelter serta selalu ada di setiap bandara. Blue Bird sudah menjadi top of mind terutama pekerja kantor
  2. Multi-channel mulai dari offline hingga online penetration dengan GOTO, BIRD selalu ada dimana-mana dengan harga cukup kompetitif
  3. Taxi fokus di asset. Jika memang sudah tidak produktif, mobil bisa dijual. Harga used car cenderung terus naik

Namun, risk dari BIRD perlu menjadi perhatian:

Untuk scale up dari utilisasi dan trip, BIRD harus mampu meningkatkan jumlah trip / day dari existing customer dan mendapatkan customer baru. Seberapa bisa sih orang naikin trip / day menggunakan BIRD?

  1. Kerja: Normalnya 1-2x trip per day
  2. Ke mall: Belanja, jalan2? purchasing power harus naik, sekarang purchasing power lagi agak rendah, banyak yg menahan diri pasti. Namun 2024 ~ 2025 akan membaik, saya rasa akan positif
  3. Ada yg biasanya pakai public transport / kendaraan pribadi pindah ke blue bird
  4. Dari yg gojek/grab ke blue bird. Menurut saya ga terlalu impact karena harga kurleb sama. Namun positifnya BB adalah ketika rush hour harganya masih wajar, Grab Gocar bisa ga wajar
  5. Dari perusahaan Kerjasama B2B dengan segment taxi maupun non-taxi

Artinya selain menaikkan trip, menaikkan ASP jelas sangat berpengaruh. Kenaikan blended ASP ~5% tentu bisa improve revenue.

Kenaikan harga BBM dan minyak

image 31
Analisa saham BIRD: Low-risk, double-digit growth segment non-taxi 30

Gambar ini menunjukkan fluktuasi harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) secara bulanan dari tahun 2020 hingga 2024. Kenaikan harga minyak mentah secara langsung meningkatkan biaya operasional Blue Bird.

Hal ini memaksa perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan perencanaan keuangan yang lebih kompleks dan membuat keputusan investasi yang cermat, misalnya dalam memilih jenis kendaraan atau bernegosiasi dengan pemasok bahan bakar. Jika tidak diimbangi dengan penyesuaian tarif, margin keuntungan perusahaan bisa tertekan. Namun, penyesuaian tarif yang terlalu tinggi berpotensi menurunkan permintaan pelanggan karena adanya alternatif moda transportasi yang lebih murah. Oleh karena itu, Blue Bird perlu menyeimbangkan antara menjaga profitabilitas dengan mempertahankan daya saing di tengah fluktuasi harga BBM.

Kunci pertumbuhan BIRD di masa depan

Pendapatan non-Taxi

Pendapatan segmen non-taksi BIRD mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan, terutama pada tahun 2023. Tiap tahunnya terus mengalami kenaikan meskipun sempat turun di 2020. Diversifikasi bisnis ke sewa kendaraan, bus, shuttle, dan lelang menjadi kunci keberhasilan ini. Bahkan, pendapatan tahun 2023 berhasil melampaui masa sebelum pandemi, menunjukkan pemulihan yang kuat dan potensi pertumbuhan yang besar di masa depan.

Pendapatan Ride-hailing & Taxi Market di Indonesia 2019-2028

image 32
Analisa saham BIRD: Low-risk, double-digit growth segment non-taxi 31

Gambar kiri menunjukkan tren pertumbuhan pendapatan di industri ride-hailing dan taksi di Indonesia. Terlihat adanya peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun, menunjukkan bahwa permintaan layanan transportasi berbasis aplikasi terus diperkirakan meningkat hingga tahun 2028.

Gambar diatas (kanan) menunjukkan pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan secara keseluruhan di Indonesia. Fluktuasi pertumbuhan di sektor ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi ekonomi, infrastruktur, dan regulasi pemerintah.

Pertumbuhan sektor transportasi secara umum dapat memberikan sentimen positif terhadap saham Blue Bird. Investor cenderung lebih optimis terhadap prospek perusahaan yang beroperasi di sektor dengan pertumbuhan yang kuat. Namun, fluktuasi pertumbuhan sektor ini juga dapat menjadi tantangan bagi Blue Bird. Perusahaan perlu menyesuaikan strategi bisnisnya dengan kondisi pasar yang dinamis.

Pertumbuhan pesat industri ini mengindikasikan persaingan yang semakin ketat bagi Blue Bird. Perusahaan harus berinovasi dan meningkatkan layanannya untuk tetap kompetitif dengan pemain baru seperti Gojek, Grab dan Maxim.

Di sisi lain, pertumbuhan industri ini juga membuka peluang bagi Blue Bird untuk meningkatkan pangsa pasarnya. Dengan melakukan diversifikasi layanan dan meningkatkan efisiensi operasional, Blue Bird dapat meraih pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi, karena kompetitornya (GOTO dan Grab) masih berkompetisi dengan burning cash untuk ads dan marketing, sementara BIRD sudah profitable dan cukup cash-rich.

Technical analysis

image 33
Analisa saham BIRD: Low-risk, double-digit growth segment non-taxi 32

BIRD sudah di fase bullish. Per tanggal 30 Agustus 2024, menghadapi pullback ke level 1800. Zona 1720 ~ 1800 cukup menarik untuk dijadikan zona akumulasi, hingga akhirnya kita ekspektasikan bisa menuju supply zone berikutnya di 1900 an 2100. Kembali bearish jika turun dibawah 1700, ini bisa menjadi zona untuk stop loss. Artinya pada harga saat ini ada reward 16% dengan risk -6%. Secara risk to reward menarik, namun secara reward potential tergolong low-risk / moderat saja.

Pada harga 1800, dengan ekspektasi EPS di 216, maka dengan DPR 50%, akan ada dividend yield setara 6%. Nilai ini bisa menjadi bumper yang baik untuk hold BIRD.


whatsapp chat clear whatsapp share clear


Leave a Reply

Sahambagger CS
Send via WhatsApp