Market insight IHSG Q2 2025

Agas Mahendradhany Avatar
Market insight IHSG Q2 2025

1. Makroekonomi: Stabilitas Domestik Menjadi Jangkar di Tengah Ombak Global

Kondisi makroekonomi Indonesia pada Juli 2025 menunjukkan fundamental yang solid, berfungsi sebagai penopang utama bagi stabilitas pasar keuangan domestik.

  • Inflasi dan Suku Bunga: Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat inflasi tahunan (YoY) pada bulan Juli 2025 berada di level 2,37%. Angka ini berada dalam rentang target Bank Indonesia (2,5% ยฑ 1%), memberikan keyakinan bahwa tekanan harga masih terkendali. Merespons hal ini, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada akhir Juli memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate di level 5,25%. Keputusan ini memberikan sentimen positif bagi iklim investasi dan sektor riil karena menjaga biaya pinjaman tetap stabil.
  • Aktivitas Manufaktur dan GDP: Indikator utama kesehatan sektor industri, S&P Global Purchasing Managersโ€™ Index (PMI) Manufaktur Indonesia, tercatat berada di level 49,1 pada Juli 2025. Terlihat โ€œcomebackโ€ setelah cukup tertekan dalam beberapa bulan terakhir. Pertumbuhan GDP terakhir (Q1) adalah 4.8% YoY, dimana ini adalah kontraksi / perlambatan dan terendah dalam 3.5 tahun. Dimana government spending pun juga sedang ditekan turun.
  • Nilai Tukar Rupiah: Rupiah menunjukkan pergerakan yang relatif stabil, diperdagangkan dalam rentang Rp 16.250 – Rp 16.480 per Dolar AS. Stabilitas ini ditopang oleh aliran modal masuk yang selektif dan intervensi BI di pasar, meskipun terdapat tekanan dari sentimen global terkait kebijakan suku bunga The Fed. DXY (USD) menunjukkan penurunan dibawah 100, memberikan ruang pada Emerging Market untuk mendapatkan inflow. Namun kebanyakan asing saat ini berada di market obligasi dibandngkan di saham.
AD 4nXeCba ez4FWiAcLtHKL PUOI8kEUn L2 V nk6G1KBxDr1r 7H8cUeZDSzFPta4rf2nAKICsiM9 2IRqW85CjpeOWAAax8BklD pG4oK 6hUa0s31iRbVF4Zl ht

2. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG): Fase Konsolidasi Menanti Katalis Baru

Sepanjang Juli 2025, IHSG bergerak dalam tren sideways (konsolidasi) dengan volume perdagangan yang moderat. Indeks terpantau bergerak dalam rentang support kuat di level 7.250 dan resistance di 7.650. Jika terjadi koreksi (yang dikontribusikan oleh koreksi akibat naiknya saham pak PP / konglo beberapa waktu lalu) sangat possible untuk retest 7.250 – 7.300 membentuk pattern break and retest cup pattern.

  • Pergerakan Indeks: IHSG ditutup kuat ~9% MoM di Juli 2025. Dimana didorong oleh beberapa saham konglomerat seperti grup pak PP (BRPT CDIA) maupun konglo lain seperti DSSA DCII. Sementara banking dan telco (TLKM) cenderung melemah.
  • Aliran Dana Investor Asing: Investor asing tercatat melakukan net sell (jual bersih) tipis sebesar Rp 850 miliar di seluruh pasar. Namun, aksi jual ini terkonsentrasi pada saham-saham big caps tertentu, sementara aliran dana asing justru tercatat masuk pada sektor berbasis komoditas.
  • Fokus saham yang sedang inflow di IHSG adalah saham dengan growth tinggi dan non-fundamental stocks seperti BRPT CDIA DCII dengan valuasi sangat tinggi. Hal ini membuat IHSG terjaga tinggi sementara banking masih tertekan. Adanya kemungkinan flow ke MSCI, akan mendongkrak valuasi pada beberapa emiten pak PP terutama di BRPT dan PTRO (dengan free float marketcap terkecil). Namun tentu dengan kenaikan drastis nya bulan lalu, akan ada koreksi. Selama ini IHSG ditopang domestic namun pada akhirnya jika mau tembus ATH, IHSG butuh asing. Saya masih cukup optimis ATH bisa dicapai dalam 1 tahun kedepan ini walaupun bukan dari saham-saham โ€œvalue / fundamentalโ€.

3. Analisis Sektoral IHSG: Komoditas & Teknologi

Sesuai dengan pengamatan, tiga sektor menunjukkan performa paling menonjol dan berhasil melawan tren pelemahan indeks.

AD 4nXdWWDo4LSTEmR1VGuR wi28wjD8F
Market insight IHSG Q2 2025 7

A. Sektor Energi & Barang Baku (CPO & Nikel)

Sektor komoditas menjadi primadona utama di bulan Juli, didorong oleh kenaikan harga di pasar global.

  • Kelapa Sawit (CPO): Saham-saham emiten CPO mengalami reli signifikan. Katalis utamanya adalah lonjakan harga CPO di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) yang sempat menembus level MYR 4.250 per ton. Kenaikan ini dipicu oleh:
    1. Faktor Cuaca: Kekhawatiran akan dampak El Niรฑo pada produksi di Malaysia dan Indonesia.
    2. Permintaan Ekspor: Peningkatan permintaan dari negara importir utama seperti India dan Tiongkok untuk kebutuhan festival dan pengisian stok, paling tidak hingga September 2025
    3. Mandat Biodiesel: Konsistensi pemerintah dalam menjalankan program B35 (campuran biodiesel 35%) menjaga penyerapan CPO di dalam negeri.
  • Nikel: Saham berbasis nikel turut menjadi motor penggerak pasar. Harga nikel memang cukup rendah di kisaran USD 15.000 per metrik ton. Namun karena pasokan di Sulawesi cukup terbatas dengan kebijakan stop ekspor Filipina, membuat beberapa penjual Nickel ore bisa menjual harga lebih premium. Beberapa sentimen pendorong lain:
    1. Ekosistem EV: Narasi jangka panjang mengenai peningkatan permintaan nikel untuk baterai kendaraan listrik (EV) global tetap kuat.
    2. Hilirisasi: Perkembangan positif dari proyek-proyek pembangunan smelter nikel kelas satu (HPAL – High-Pressure Acid Leaching) di Indonesia yang akan meningkatkan nilai tambah produk nikel nasional.

B. Sektor Teknologi (IT)

Setelah berada di bawah tekanan selama beberapa kuartal, sektor teknologi (IDXTECHNO) menunjukkan sinyal pembalikan arah (reversal) yang kuat di bulan Juli. Selain itu beberapa saham media seperti di ekosistem EMTK juga mengalami kinerja yang sangat baik.

  • Katalis Utama: Keputusan BI mempertahankan suku bunga menjadi angin segar bagi saham-saham teknologi, yang sensitif terhadap kebijakan moneter. Suku bunga yang stabil membuat valuasi saham teknologi (yang umumnya berbasis pertumbuhan masa depan) menjadi lebih menarik.
  • Fokus Kinerja Keuangan: Investor mulai melakukan akumulasi setelah beberapa emiten teknologi besar merilis panduan kinerja (guidance) kuartal II-2025 yang positif. Fokus utama pasar tertuju pada perbaikan metrik profitabilitas, yang menunjukkan langkah konkret perusahaan menuju profit.
  • Hypergrowth dan corporate action: Banyaknya corporate action terjadi pada perusahaan sektor IT membuat EPS bisa tumbuh secara inorganic dan memberikan tekanan positif pada harga sahamnya

4. Analisis Teknikal: Strong Buy di Technology dan Utilities. Strong Sell di banyak sektor lainnya

Dalam 1 bulan terakhir, sinyal teknikal memperlihatkan pergerakan yang cukup menarik di beberapa sektor. Sektor Teknologi dan Utilities mencuri perhatian dengan dominasi sinyal Strong Buy, menunjukkan adanya momentum teknikal positif. Hal ini dikontribusikan oleh saham seperti WIFI, INET, DOOH, BREN, CDIA

Sektor yang sedang terkena tekanan jual tinggi sebagian besar ada di Banking & Financial Service serta Consumer-related akibat sulitnya daya beli dan pertumbuhan ekonomi saat ini.

Namun, sektor Materials dan Real Estate juga mencatat mixed signal, menandakan volatilitas ekstrem dan rotasi antar saham dalam sektor yang sama. Mungkin karena adanya beberapa komoditas ataupun saham yang bagus ada yang sedang kurang diminati.

Pola ini memperlihatkan bahwa meskipun beberapa sektor sedang “manggung”, investor perlu lebih selektif karena kondisi antar saham di sektor yang sama bisa sangat kontras.

Dalam 1 bulan terakhir, sudah banyak LK bermunculan dan memberikan signal buy ke saham yang hypergrowth terutama di sektor Tech, CPO, dan Nickel.

AD 4nXchqTDvchmP3qrq4aj5bG4Y3j6ea Zud5dTmJNp orzD ZK3PGmAsz UOmU0AoFuq2p4K5WozFPD 9QSw9 W9H77za5p57HcRjpR96I2NR

4. Outlook Agustus 2025 & Kesimpulan

Memasuki bulan Agustus, fokus pasar akan tertuju pada rilis data ekonomi makro domestik seperti neraca perdagangan dan cadangan devisa, serta laporan keuangan emiten untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2025 terutama yang audited. Performa emiten di sektor CPO, Nikel, dan Teknologi akan menjadi sorotan utama dan berpotensi memberikan katalis positif lanjutan bagi pergerakan harga sahamnya. Selain itu, komoditas Gold juga akan tetap tinggi, namun kenaikan saham-saham Gold yang sangat kencang dari awal tahun bisa memberikan upside terbatas.

Secara keseluruhan, meskipun IHSG bergerak konsolidatif, rotasi sektoral dan corporate action memberikan peluang yang menarik. Sektor berbasis komoditas diuntungkan oleh tren harga global, sementara sektor teknologi mulai bangkit seiring dengan membaiknya fundamental dan stabilitas makroekonomi domestik. Kedepannya dengan ekspektasi fundamental makro ekonomi memburuk dan suku bunga akan ditekan rendah, ekspektasi pada market akan cenderung meningkat. Namun ingat, kenaikan IHSG tanpa kenaikan GDP itu sangat risky. Mari enjoy bullish momentum ini, sebelum semuanya kembali pada fundamental.

Leave a Reply

Saham Bagger CS
Send via WhatsApp