Diversification vs Concentrated Portfolio

·

·

Mending diversification portfolio atau concentrated sih yang memberikan kombinasi return dan resiko terbaik?

IMG 5395
Diversification vs Concentrated Portfolio 6

Banyak sekuritas saham atau analisis merekomendasikan diversifikasi untuk mengurangi resiko. Ternyata, pernyataan itu tidak sepenuhnya salah tapi juga tidak sepenuhnya benar. Diversifikasi memang diperlukan, tetapi harus memperhatikan jumlah saham yang dipegang. Jangan sampai, jumlahnya terlalu banyak.

Diversification portfolio penting hanya jika…

Namun disisi lain, perhatikan juga resiko keuangan, umur dan mental kamu. Jika kamu sudah berumur diatas 35-40 tahun, ataupun memiliki beban (hutang) keuangan besar diatas 30% net worth, ataupun masih belum bisa mengatur emotional di market, ada baiknya memiliki saham yang cenderung tidak volatile, big cap, maupun cukup terdiversifikasi. Kurang wise jika memiliki portfolio yang risky pada kondisi ini.

Beberapa orang memang ada yang punya mentalitas selon investing (all-in). Artinya mereka sudah siap jika suatu saat portfolio mereka bisa turun hingga -30% atau -50% dari puncaknya. Mereka biasanya punya backup fund yakni cashflow bisnis atau kerjaan, umur masih cukup muda atau kondisi finansialnya sangat aman.

Buffett sendiri sebenarnya tidak terlalu menyukai diversifikasi. Menurutnya, jika kita sudah yakin dengan saham yang kita pilih, mengapa hanya menginvestasikan sedikit?

Namun, kembali lagi kepada tingkat profil risiko yang kamu punya. Jika kamu Risk Taket sejati, mungkin kamu cukup percaya diri memegang 1-3 emiten saja. Jika kamu mau kombinasi antara portfolio tidak terlalu volatile namun juga punya reward yang tinggi, mungkin 4-5 emiten cukup. Namun apabila portfolio sudah diatas 10M dan ingin volatilitas rendah, 10-15 saham sudah lebih dari cukup. Jadi berapakah jumlah yang optimum? Sebelum lanjut kesitu, mungkin saya berdiskusi sedikit tentang konsep resiko portfolio.

Portfolio risk sering dihubungkan dengan beta (volatility), cara menghitungnya adalah dengan melihat volatility kenaikan harga sahamnya dibandingkan dengan index, karena index dianggap memiliki beta = 1 karena sebagai acuan dari kombinasi ratusan saham yang ada di bursa.

Beta saham diinterpretasikan sebagai: (1) ukuran sensitivitas respon pergerakan keuntungan suatu saham terhadap pergerakan keuntungan pasar, atau (2) ukuran tingkat resiko sistematis suatu saham terhadap resiko sistematis pasar. Beta saham termasuk salah satu faktor fundamental dalam manajemen portofolio investasi. Adapun kelebihan dari investasi berisiko ini dibandingkan dengan investasi yang tidak berisiko adalah pada tingkat pengembalian yang lebih tinggi sebagai kompensasi untuk investor yang bersedia berspekulasi menghadapi risiko tersebut. Sesuai dengan prinsip “high risk, high return” yang lazim dikenal dalam dunia investasi.

Saham dengan beta positif artinya memiliki korelasi positif dengan IHSG (misalnya: $MAPA beta 5Y = 1.04, artinya dia tidak terlalu volatile hanya 1.04x diatas IHSG dengan korelasi positif, yakni IHSG naik dia most likely naik juga). Jika beta negatif artinya memiliki korelasi negatif dengan IHSG (misalnya: $KAEF beta 5Y = -0.09, artinya sangat tidak volatile hanya 0.09x IHSG. namun dengan korelasi negatif). Bagaimana sih cara mencari nilai Beta ini? anda bisa cek di Yahoo Finance, tapi untuk saham dengan belum lama IPO biasanya belum ada nilainya.

Peter Lynch dengan fokusnya pada small-cap high-growth company yang biasanya memiliki beta tinggi (karena small-cap factor yang biasanya lebih ngacir) dan dana kelolaan sangat tinggi, tentu saja akan memiliki jumlah porfolio holding sangat banyak untuk meminimalisir downside dan risk nya. Susah juga kan kalo punya uang 1T tapi pilihan sahamnya rata-rata punya volume per hari 100jt. Jadi mix and match jumlah saham dengan average volume nya juga jadi perhitungan untuk beberapa jenis model investasi seperti ini.

Namun beta tidak bisa digunakan semena-mena, ‘oh $BTPS beta nya 0.98 or $ACES beta nya 0.57 artinya positif terhadap IHSG tapi less volatile’. Karena beta hanyalah rata-rata volatility price nya tidak melihat faktor lain seperti kinerja fundamental maupun price performance via technical analysisnya. Beta bisa dipakai untuk memprediksi seberapa volatile kah portfolio kamu. Misalnya jika kombinasi seluruh portfolio kamu memiliki beta 1.2 artinya portfolio kamu cenderung 20% lebih volatile dibandingkan index. Cocok untuk orang yang risk-taker. Saham / portfolio dengan beta jauh <1 lebih cocok kepada orang yang ingin menjadi investor tinggal tidur, karena volatility portfolio nya tidak bikin deg-deg an.

Sehingga, rule-of-thumb nya adalah:

  1. Jika dana kelolaan masih kecil, terlalu diversifikasi >10 saham membuat return tidak maksimal dan holding banyak sehingga sulit dianalisa dan difollow up untuk perubahan fundamental (or technicalnya)
  2. Jika dana kelolaan sudah besar, terlalu concentrated <3 saham, akan memberikan beban psikologi tinggi, sehingga conviction dan experience sangat diuji disini
  3. Jika ingin cukup concentrated tapi masih bisa memberikan return signifikan tanpa volatility berlebihan, optimumnya adalah sekitar 4-6 saham
  4. Perhatikan juga beta portfolio, karena volatility tergantung juga dari saham yang kita pegang. jika beta terlalu rendah mungkin kita nya akan bosan, tapi beta terlalu tinggi juga akan membuat mental terserang setiap melihat harga saham
  5. Emotional adalah musuh alami manusia, justru untuk pemula, jangan sering-sering lihat chart. Dengan begitu kita bisa mengabaikan impact psikologis dari beta / risk factor terhadap judgement kita. Saya pernah beberapa kali alami sendiri, padahal kalo ga liat chart (diamin aja / uninstall) malah bisa kasih return lebih tinggi (1-2 bagger) daripada gatel TP setelah beberapa puluh persen saja 😂

Portfolio making adalah sebuah seni meracik.

Semoga menjadi tambahan pembelajaran bagi saya dan teman-teman yang baca.


whatsapp chat clear whatsapp share clear


Sahambagger CS
Send via WhatsApp