Trans Power Marine Tbk (TPMA) telah mengarungi lautan bisnis sejak tahun 2005. Dengan fokus utama pada pengangkutan komoditas batubara, perusahaan ini telah membangun reputasi yang solid di sektor maritim Indonesia. Armada kapal yang besar, mencakup 41 tug boat, 36 tongkang, dan 3 crane barge, menjadi tulang punggung operasional TPMA. Jaringan operasional yang luas, dengan kantor perwakilan di Cilacap, Banjarmasin, dan Kumai, menunjukkan komitmen perusahaan untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Pada tahun 2013, TPMA berhasil melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) dengan respon positif dari pasar. Keberhasilan IPO ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan. Sektor maritim, khususnya pengangkutan batubara, masih memiliki prospek yang cerah, terutama dengan meningkatnya permintaan energi di Indonesia.
Business model saham TPMA
Struktur kepemilikan TPMA didominasi oleh PT Dwitunggal Perkasa Mandiri, yang juga merupakan induk usaha terakhir. Hal ini mengindikasikan adanya pengendalian yang kuat terhadap perusahaan. Patrica P. S. Prasatya, sebagai pemilik manfaat sebenarnya, memiliki pengaruh signifikan terhadap arah strategis TPMA. Di awal tahun, struktur kepemilikan saham TPMA mengalami perubahan dengan anak usahanya TLP karena edaran surat pemerintah yang mewajibkan pada JV dengan entitas asing, kepemilikan lokal harus minimum 51%. Hal ini tidak merubah kepemilikan TPMA terhadap TLP.
TLP sendiri 30% dikuasai oleh TPMA dimana TLP memiliki armada sebagai berikut 46 tugboat, 40 tongkang, dan 1 tanker. TPMA memiliki fokus mengangkut batubara sedangkan TLP fokus pada pengangkutan nikel, walaupun saat ini sebagian kapal yang tidak digunakan untuk Nikel akan disewakan pada perusahaan lain.
Kunci pemainnya disini adalah Tsinghan Holding. Kenapa Tsinghan Holding memiliki 30% TLP? Tsinghian adalah raja Nickel dunia dan pemilik dari berbagai industri Nickel class 1 dan 2 di Indonesia sebagai produsen Nickel terbesar di dunia. Dengan memiliki TLP, Tsingshan bisa memastikan end-to-end nickel production hingga pengiriman. Dengan munculnya stimulus China, diharapkan kedepannya roda ekonomi China akan bisa kembali tumbuh minimal 5% YoY dan Nickel sebagai backbone dari konstruksi dan EV akan terdampak positif walau tidak dalam waktu dekat. Saat ini Nickel masih dalam kondisi oversupply.
Manajemen TLP sendiri memastikan akan mengusahakan 100% kapal terpakai untuk Nikel. Selain itu, akan ada 30 unit tugboat/tongkang yang akan masuk armada TLP di 2024. Di 2024, ada suatu perusahaan bernama TITAN dimana ia menjual armada kapalnya ke TLP lalu menyewanya kembali dari TLP dengan alasan mereka tidak bisa melakukan maintenance pada armada mereka sehingga mereka memilih menjual armadanya ke TLP dan menyewanya kembali untuk operasional, dimana TLP yang akan mengurus maintenance.
TPMA merupakan perusahaan yang menarik untuk diperhatikan karena adalah sebuah giant di pengiriman dry commodities (fokus batubara, dan nickel masa depan). TPMA juga memiliki potensi pertumbuhan yang baik dan dividend yang menarik.
Analisa Laporan Keuangan H1 2024:
Revenue TPMA terus meningkat dalam 5 tahun terakhir dengan 6.7% CAGR, namun di 2023 ~ 2024 terlihat stagnant dimana hal ini diakibatkan keterlambatan pemerintah dalam RKAB sehingga membuat beberapa pengiriman telat (yang mana terdampak juga ke beberapa perusahaan tambang) dan cuaca buruk El-Nina. Ada klien yang mengalami force majeure sehingga mengurangi pendapatan, namun seharusnya di H2 2024 sudah membaik. Selain itu, pelemahan rupiah di 2023 ~ H1 2024 membuat beberapa klien yang membayar dengan rupiah dan di translate ke LK USD menjadi terlihat “jelek”, hal ini bisa terlihat dari kebanyakan cash TPMA adalah dalam IDR, karena selain pembayaran COGS nya dalam IDR juga. Namun sebaliknya, karena di H2 2024 ini potensi USD turun, maka bisa jadi ketika LK TPMA di translate dari USD ke IDR terlihat agak “lemah”.
Detil dibawah ini dari research Stockbit dan BCA, memberikan gambaran bahwa walau ada penurunan -4.9% YoY akibat turunnya ASP (akibat harga diesel yang menurun, menyesuaikan). Namun justru karena harga diesel turun dan naiknya transhipment revenue memberikan GPM dan NPM yang lebih baik, karena transhipment memiliki margin lebih baik. Hal ini bisa kita lihat juga dari hubungan fuel cost vs GPM, terlihat bahwa semakin rendah fuel cost maka GPM makin tinggi. Dan di H2 2024 ini, oil price cenderung terus melemah, yang mana bagus untuk GPM.
Dari dashboard SBAP (Saham Bagger Analysis PRO), dimana hanya bisa diakses oleh VIP membership (untuk membeli subscription bisa ke https://sahambagger.com/shop), terlihat bahwa walaupun revenue dalam YoY terlihat stagnant, net income nya terus tumbuh. Dimana hal ini dikontribusikan oleh ekspansi yang dilakukan besar-besaran oleh TPMA dalam 1-2 tahun terakhir. Dari 2015 hingga saat ini pun hutang TPMA sudah berkurang drastis dan cash makin meningkat. Namun naiknya hutang di 2023 ~ 2024 adalah untuk ekspansi yang menurut saya sangat baik.
SBC Snowflakes yang cukup luas terutama di bagian bawah menunjukkan bahwa perusahaan ini adalah tipikal perusahaan undervalue dengan kekuatan keuangan tinggi dan dividend yang menarik. Dari 5 tahun terakhir TPMA sudah multibagger dari harga sahamnya, dimana didukung oleh kenaikan EPS yang drastis juga.
Secara valuasi, TPMA memiliki PBV 1.5x dengan ROE 21%, menurut saya TPMA slightly undervalue pada harga 700, saya expect seharusnya TPMA bisa di valuasi minimal 1.8x. Namun valuasi ini tentu berubah tergantung ekspektasi growth maupun kestabilan dari perusahaan. Kalau begitu mari kita lihat apakah kedepannya perusahaan masih bisa growth atau mempertahankan kinerja saat ini?
Dampak Akuisisi PT. BEST terhadap Kinerja Keuangan TPMA
Dari statement company, terlihat bahwa ada BEST (PT Bahtera Energi Samudra Tuah) disini. Apa ini BEST? Perusahaan lain lagi? Yes, TPMA melakukan akuisisi BEST dengan menggunakan cash mereka dan right issue beberapa waktu lalu.
Saat ini, TPMA telah menyelesaikan akuisisi 65% saham di BEST. Hasil dari akuisisi ini akan terlihat pada laporan keuangan mulai dari paruh kedua 2024 (2H24). Karena akuisisi BEST ini diatas 51% maka model pencatatannya adalah konsolidasi LK.
TPMA melakukan akuisisi BEST dengan harga US$33 juta (PE 3,6x) dengan ROE 36%, dimana nilai ini jauh dibawah PER TPMA saat itu di kisaran PER 4-5x, dan diharapkan EPS tumbuh dengan CAGR sebesar 20% di 2023-25F. Namun saya rasa kita bisa sedikit abaikan fakta bahwa akusisi ini di PER rendah karena perusahaan ini sangat cyclical, bisa jadi kondisi saat akuisisi memang sedang sangat baik. Namun dengan angka itu, saya bisa yakin paling tidak TPMA tidak akusisi di harga mahal. Sedikit concern bahwa BEST memiliki efisiensi sedikit dibawah TPMA, sehingga dengan konsolidasi full akan meningkatkan pendapatan dan laba, namun menurunkan GPM.
Berdasarkan laporan keuangan FY23, BEST mencatatkan pendapatan sebesar USD 44.6 juta dan laba bersih sebesar USD 14 juta. Namun dengan adanya potensi pelemahan ASP akibat harga commodity yang agak melemah dan dengan akusisi sebesar 65%, saya expect pendapatan dari BEST bisa berkontribusi minimal sebesar 20 juta USD kedepannya, dimana artinya dari BEST akan memberikan tambahan revenue +30% ke TPMA. Untuk laba bersih, BEST akan memberikan sekitar 5-6 juta USD per tahun, atau tambahan net income growth 25-30% ke TPMA (jika sudah berjalan maksimal).
Karena BEST baru akan terkonsolidasi ke TPMA di H2 2024, maka pertama mari kita coba hitung laba Q3 2024. Di H1 ini laba TPMA adalah USD 10.6 juta, saya expect nilai tengah laba TPMA ada di kisaran USD 5.5 juta / quarter.
Jika BEST bisa memberikan USD 2.5 – 3 juta di H2, maka saya asumsikan BEST akan berkontribusi di sekitar USD 1 – 1.3 juta di Q3 (antara akan terkonsolidasi 2 bulan atau 3 bulan). Asumsikan kurs di 15,200 maka BEST bisa memberikan IDR 15.2 – 19.8 M, sementara dari TPMA dengan ekspektasi USD 5.5 juta maka akan setara IDR 83.6 M. Maka kombinasi TPMA + BEST di Q3 adalah sekitar IDR 98.8 – 102.6 M, dengan share outstanding setelah right-issue di 3.51 B maka EPS Q3 adalah 28.1 – 29.2. Ditambah EPS H1, maka EPS 2024F sekitar 107.
Jika USD terlalu tinggi, TPMA mengalami rugi kurs namun saat ini USD sudah turun hingga ke level seperti tahun lalu. Saya tidak mau ribet menghitung kurs, namun kita asumsikan saja nilai ini berubah positif atau 0, maka kontribusi laba kurs per quarter adalah +250K USD, dengan BEST sekitar 1/3 dari TPMA, dan nature business mirip, maka kita asumsikan akan ada tambahan laba kurs sekitar 300k USD, atau setara IDR 4.9 M (EPS tambahan Q3 = 1.39, atau annualized 2.79).
Jika kita kombinasikan maka laba TPMA Q3 adalah 102.6 M + 0.3M = IDR 105.6 M, setara EPS Q3 2024 = 30.1. Jika Q4 bisa memberikan nilai yang sama, maka annualized 2024F EPS adalah 111, dimana hal ini memberikan growth 28% YoY vs 2023. Nilai ini saya rasa cukup konservatif tanpa menilai adanya growth yang mungkin bakal terjadi selama H2 2024 seiring kembali naiknya commodity akibat China stimulus, Secara optimis, bisa saja EPS 2024 di level 115 ~ 120, namun saya lebih baik memberikan hitungan pesimis dulu saja.
Implikasi bagi Investor:
- Potensi Pertumbuhan yang Menjanjikan: Proyeksi keuangan yang positif mengindikasikan bahwa TPMA memiliki potensi pertumbuhan yang sangat baik di masa depan.
- Perlu Evaluasi Lebih Lanjut: Meskipun proyeksi keuangan terlihat menjanjikan, investor perlu melakukan evaluasi lebih lanjut terhadap beberapa faktor, seperti:
- Integrasi Bisnis: Keberhasilan integrasi bisnis antara TPMA dan perusahaan yang diakuisisi akan sangat menentukan keberlanjutan pertumbuhan di masa depan.
- Beban Utang: Akuisisi seringkali melibatkan peningkatan beban utang. Investor perlu memperhatikan kemampuan perusahaan dalam mengelola utang tersebut.
- Kondisi Pasar: Fluktuasi kondisi pasar, seperti perubahan harga komoditas dan kebijakan pemerintah, dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Adanya JV baru: PT TOP – Tambahan growth masa depan?
TPMA september lalu mengumumkan kerja sama dengan PT Samudra Investama Maju untuk mendirikan joint venture bernama PT Trans Ocean Permata (TOP) yang akan bergerak di bidang jasa pelayaran transportasi dan logistik batu bara di wilayah Sumatera Selatan. TPMA menjelaskan bahwa TOP memiliki modal awal sebesar 20 miliar rupiah, dengan kepemilikan perseroan mencapai 51% (konsolidasi LK).
Dalam 2–3 tahun ke depan, TOP berencana mengakuisisi 20 set kapal tunda dan tongkang serta 2 unit floating crane dengan capex sebesar 90 juta dolar AS. Ekspansi tersebut akan dibiayai sebanyak 20% melalui kas internal, sementara sisanya dari utang bank. Stockbit memberikan asumsi detail growth masa depan seperti ini:
TOP berpotensi membukukan pendapatan sebesar US$4,9–10,9 juta pada tahun pertama beroperasi, dan laba bersih mencapai US$752,6 ribu–1,7 juta, setara 2,7–6% dari estimasi FY24F. Saat ini memang belum menghasilkan secara instant, namun pada 2026 paling tidak hal ini akan memberikan insurance pada pemegang saham long-term bahwa growth akan terus ada.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja TPMA
- Kinerja Sektor Maritim: Kinerja sektor maritim secara keseluruhan akan sangat mempengaruhi kinerja TPMA. Faktor-faktor seperti permintaan akan angkutan laut, harga bahan bakar, dan regulasi pemerintah akan menjadi penentu utama.
- Kompetisi: Persaingan yang ketat dari perusahaan lain di sektor maritim dapat menekan margin keuntungan TPMA.
- Risiko Operasional: Operasi perusahaan pelayaran memiliki risiko yang unik, seperti kecelakaan kapal, kerusakan peralatan, dan fluktuasi cuaca.
Akuisisi yang dilakukan oleh TPMA telah memberikan dampak positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Proyeksi keuangan yang menjanjikan mengindikasikan bahwa TPMA memiliki potensi pertumbuhan yang sangat baik di masa depan. Namun, investor perlu melakukan analisis yang lebih mendalam dan mempertimbangkan berbagai faktor risiko sebelum mengambil keputusan investasi.
Laba tinggi di cyclical company: Dividend yang menarik
Yang saya suka dari perusahaan cyclical adalah biasanya mereka hobi membagi dividend yang menarik, walaupun memang tergantung dari kebijakan maupun tingkat cash tersedia. Dengan laba yang akan naik 28% YoY (ekspektasi), berapakah dividend nya?
Saat ini cash TPMA ada 321 M, dengan asumsi minimal FCF per tahun (TTM) di 181 M, maka dapat saya asumsikan cash TPMA di 2024F bisa sekitar IDR 411 M, dikurangi 10.2 M dari penyetoran modal awal TOP, maka cash TPMA adalah ~IDR 400 M.
Dengan EPS 111, dan payout ratio di 65% maka Dividend per share setingkat 72.15, di harga saat ini 700 dividend nya setara 10.3% atau jika EPS optimis di 120, maka dividend yield setara 11.1%. Dan dengan dividend ini hanya akan menguras IDR 253 M dari kas, TPMA masih sangat aman kekuatan finansialnya.
Dengan dividend per share minimal di 72, maka saya suggest Anda tidak membeli diatas harga 720 agar yield nya masih double digit.
Technical analysis TPMA
TPMA adalah saham keong, lambat sekali jalannya. Namun saya suka dengan setup technical saat ini, dimana ini mirip pattern VCP (Volatility Contraction Pattern) dimana TPMA punya potensi breakout melewati 720, dan pemberhentian selanjutnya adalah sekitar 950. Artinya potensi cuan minimal 35% dari harga sekarang, menarik? Namun dengan kinerja ATH, saya rasa dalam beberapa tahun bisa tembus ke 1000 up.
Jika saya cek dengan system trading Amibroker saya, ditemukan bahwa signal terakhir ada di 680, maka selama TPMA berada diatas 680, TPMA masuk di bullish breakout phase. Sayangnya belum ada volume signifikan, mungkin akan ada improvement seiring dengan LK Q3 keluar nanti. Saya pun membeli TPMA dari average 680.
Secara foreign flow tidak terlalu banyak perubahan walaupun cukup banyak foreign outflow di akhir bulan September ini akibat flow yang berpindah ke China. Namun terlihat di 1 bulan terakhir net buy nya adalah retail sehingga tidak memiliki power untuk bisa push. Number of share-holder memang meningkat, dimana saya cenderung tidak suka. Biasanya jika shareholder turun, akan jadi lebih ringan. Namun tidak masalah, toh saya akan pegang jangka menengah ~ panjang.
Melihat seasonality TPMA, dalam 4 tahun terakhir, November ~ Desember cenderung baik, bertepatan dengan seasonal pengiriman batubara yang cenderung meningkat dan hasil LK Q3.
Jikalaupun ada koreksi ke 670 ~ 680 (ada potensi turun jangka pendek), ini bisa Anda jadikan waktu baik untuk mengumpulkan saham TPMA, karena berdasarkan analisa fundamental, TPMA lebih berpeluang naik daripada turun. Toh jikalau turun, saya akan happy untuk mendapatkan kesempatan dividend yield lebih tinggi.
Momentum Stock Investor since 2017. S1 ITB (Indonesia), S2 YU (South Korea).
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.