Astra awalnya didirikan di Jakarta pada tahun 1957 dengan nama Astra International Inc. Pada awalnya perusahaan bergerak dalam perdagangan umum. Pada tahun 1990, namanya diubah menjadi PT Astra International Tbk untuk penawaran umum perdana saham. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham ASII.
Sesuai anggaran dasar, bisnisnya meliputi perdagangan, industri, pertambangan, transportasi, pertanian, konstruksi, jasa, dan konsultasi. Astra telah mengembangkan bisnisnya dengan model berbasis sinergi dan terdiversifikasi di tujuh segmen, termasuk otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi & energi, agribisnis, infrastruktur dan logistik, teknologi informasi, dan properti. Perusahaan juga menjadi distributor tunggal merek otomotif terkemuka seperti Toyota, Daihatsu, Honda, Peugeot, dan BMW. Kantor pusatnya berlokasi di Jakarta.
Business model saham ASII
Saat ini, Astra mengelola operasional bisnisnya melalui 283 anak perusahaan, ventura bersama, dan entitas asosiasi, dengan dukungan dari lebih dari 201.553 karyawan. Sebagai salah satu grup usaha terkemuka di Indonesia, Astra telah membangun reputasi yang solid melalui penawaran produk dan layanan berkualitas tinggi, sambil menjunjung tinggi prinsip tata kelola perusahaan dan lingkungan yang baik. Kepemilikan saham perusahaan Astra dimiliki oleh Jardine Cycle & Carriage Ltd (Konglomerasi Asing) sebesar 50,11%, Public (each below 5%) 49,84%, Anthony John Liddell Nightingale 0,02%, Suparno Djasmin 0,01%, Johannes Loman 0,01%, Gidion Hasan 0,01% dan sisanya dimiliki oleh Djony Bunarto Tjondro, Santosa dan Henry Tanoto
ASII: proxy dari automotive dan pertambangan
Pendapatan ASII pada tahun 2023 diperoleh dari beberapa segmen. Yang paling mendominasi adalah heavy equipment, mining, construction and energy (alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi) (HEMCE), automotive (otomotif), financial services (layanan keuangan), infrastructure and logistics(infrastruktur dan logistik), agribusiness (agribisnis), property (properti) terakhir information technology (teknologi informasi). Dilihat dari 2016 hingga 2023 Net Income perusahaan terus mengalami kenaikan di setiap tahunnya. Melihat secara keseluruhan bahwa ASII mengalami pertumbuhan sebesar 13,71% atau sebesar Rp 44.501 Miliar.
HEMCE dan Otomotif sebagai pernanan penting pada ASII karena secara total berkontribusi di 85% pendapatan. Segmen HEMCE mencakup bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi, yang merupakan sektor-sektor krusial dalam mendukung infrastruktur, eksploitasi sumber daya alam, dan pembangunan di Indonesia. Di sisi lain, segmen Otomotif juga menjadi peran yang besar dalam memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat Indonesia.
Segmen Jasa Keuangan dan Agribisnis, menghasilkan net income lebih kecil dibandingkan dengan HEMCE dan Otomotif, namun tetap menjadi peranan penting dalam menambah pendapatan perusahaan. Segmen Jasa Keuangan menawarkan beragam layanan keuangan kepada pelanggan, sedangkan Agribisnis mengintegrasikan teknologi modern dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit yang ramah lingkungan. Dengan kontribusi pendapatan yang beragam ini, ASII menunjukkan kekuatan dalam portofolio bisnis yang terdiversifikasi dengan baik. Hal ini membantu perusahaan dalam mengurangi risiko dan ketidakstabilan pasar yang mungkin terjadi di sejumlah sektor.
Prediksi pertumbuhan dari ASII
Kami memprediksi bahwa revenue 2023 ke 2024 akan tidak banyak berubah namun net income cenderung tertekan akibat dua hal:
- Kontraksi di penurunan ASP (average selling price) komoditas, namun secara volume penjualan / service masih bisa meng-offset penurunan ASP
- Demand automotive yang cenderung menurun di 2024, diakibatkan demand yang turun dan efek dari naiknya USD dan suku bunga yang cenderung tinggi
Perkiraan setelah tahun 2024 hingga 2026 yang mengalami kenaikan pada net profitnya, yang akan lebih ditunjang dari segment automotive setelah adanya improvement dari consumer demand. Dividen yield pada perusahaan terus meningkat dan diperkirakan di tahun 2024 hingga 2026 juga mengalami peningkatan diakibatkan oleh naiknya net profit dengan harga yang cenderung tertekan saat ini. Secara keseluruhan laporan keuangan perusahaan dapat dikatakan baik.
Dari LK terbaru, laba bersih otomotif terlihat tetap lemah pada 1Q24. Laba bersih Otomotif turun menjadi Rp2,8tr (-9% yoy/+22% qoq) di 1Q24, sebagian karena penurunan volume penjualan. Perlu dicatat bahwa penjualan mobil ASII turun menjadi 130 ribu unit (-12% yoy/-8% qoq) pada 1Q24. Market share ASII tetap kurang lebih sama QoQ sebesar 56% (vs. 54%/56% pada 1Q23/4Q23). Namun dari penjualan motornya volume penjualan mencapai 1,3 juta unit (-8% yoy/+16% qoq). Market share motor ASII berada di 76% (vs. 79%/75% pada 1Q23/4Q23).
ASII memiliki rencana kedepan untuk terus meningkatkan perusahaannya dengan memberikan insentif mobil hybrid untuk membantu ASII menjaga pangsa pasarnya. Mobil hybrid menggunakan kombinasi mesin pembakaran dalam dan motor listrik, serta sistem pemulihan energi untuk mengoptimalkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi emisi gas buang.
Bantuan pemerintah pada sektor otomotif Indonesia
Pemerintah berencana memberikan insentif untuk mobil hybrid pada FY24E. Jika rencana ini terwujud, insentif yang diberikan akan serupa dengan mobil listrik, yaitu PPN 1% dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) minimal 40%. Jika ini terjadi, hal tersebut akan membantu ASII, yang memiliki 4 produk hybrid terlaris seperti Yaris Cross, Innova Zenix, Corolla Cross, dan Camry, dengan Innova Zenix sebagai produk hybrid terlaris ASII, mencapai 27,7 ribu unit pada FY23. Kami menilai stimulus ini dapat menjaga pangsa pasar ASII yang saat ini mencapai 54,9% per Januari 2024.
Selain itu, ASII juga berpotensi untuk meluncurkan LMPV hybrid jika mendapat insentif pajak. Ini didasarkan pada preferensi masyarakat Indonesia yang menyukai mobil dengan kapasitas besar 7 penumpang, hemat bahan bakar, dan terjangkau(<Rp500juta/unit). LMPV masih menjadi pilihan utama di pasar mobil nasional dengan penjualan sekitar 148 ribu unit, atau sekitar 14,8% pada FY23.
Langkah Strategis ASII yang lain yaitu menghadirkan Honda Stylo untuk Bersaing di pasar skuter premium klasik. Untuk bersaing dengan Yamaha di pasar skuter premium klasik modern, ASII meluncurkan “Honda Stylo” pada Februari 2024. Sepeda motor ini dilengkapi dengan 2 jenis fitur, yaitu Sistem Rem Kombi (CBS) dan Sistem Anti-lock Braking (ABS), dengan mesin 160cc dan rangka Smart Architecture Frame (eSAF) yang ditingkatkan. Tipe CBS dipasarkan dengan harga sekitar Rp27 juta/unit sementara tipe ABS dihargai sekitar Rp30 juta/unit (di Jakarta). Untuk mengatasi kekhawatiran terhadap rangka eSAF, ASII menawarkan garansi rangka selama 5 tahun tanpa batasan kilometer dan garansi komponen injeksi PGM-FI selama 5 tahun atau 60.000 km. Kami melihat hal ini sebagai langkah strategis oleh ASII untuk menjaga loyalitas pelanggan di segmen kendaraan roda dua, yang memiliki pangsa pasar lebih dari 50%.
Selain itu, pemerintah juga memberikan pembebasan pajak kendaraan bermotor, biaya pengalihan kendaraan bermotor, dan kebijakan ganjil-genap di Jakarta. Insentif-insentif ini diharapkan dapat menghasilkan penjualan EV (kendaraan listrik) kendaraan roda 4 sebanyak 400 ribu unit pada tahun 2025 (prestasi 2021-3: 22 ribu unit).
Persyaratan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri): 40% seharusnya mudah dicapai dengan modal yang moderat. Acara ini juga menyoroti cara memperoleh tingkat TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) untuk memenuhi syarat insentif EV (kendaraan listrik) pemerintah. Untuk tahun 2020-2029, perakitan lokal akan dihitung pada tingkat TKDN 30%, sebelum menurun menjadi 20% mulai tahun 2030. Sementara itu, komponen pendukung akan dihitung pada tingkat TKDN 10%, R&D sebesar 10%, kerangka dan bodi sebesar 5%, drive train & PCU sebesar 5%, dan baterai sebesar 40% pada tahun 2020-2029 (50% mulai tahun 2030). Mengingat skor tinggi yang dapat diperoleh dari perakitan untuk memenuhi persyaratan TKDN total, kami percaya bahwa cukup mudah untuk mengklaim ambang batas TKDN pertama 40% untuk mendapatkan manfaatnya. Hal ini dapat dicapai dengan modal yang moderat dari produsen EV, seperti yang telah dihabiskan oleh Morris Garage sebesar Rp4 triliun (dan hanya membutuhkan waktu 1 tahun untuk meningkatkan perakitan CKD (Completely Knocked Down) di fasilitas yang sudah ada mereka) dan investasi Chery sebesar Rp250 miliar untuk mempercepat perakitan CKD. Ini seharusnya mempermudah masuknya EV ke Indonesia, seperti yang terlihat dalam ketersediaan merek dan model saat ini di pasar EV.
UNTR sebagai kontributor sektor pertambangan ASII
Dari sisi pertambangan, anak perusahaan ASII yakni UNTR juga berkontribusi cukup baik walaupun ada sedikit penurunan. ASII memiliki 59.5% saham UNTR sehingga apa yang terjadi di UNTR akan sedikit banyak mempengaruhi segment pertambangannya ASII.
Pendapatan UNTR di 1Q24 turun menjadi Rp4.5tr (-14% qoq/-15% yoy), sedikit turun
di atas perkiraan konsensus (27%).
Dari operational level, revenue dari Komatsu maupun pertambangan batubara mengalami penurunan volume penjualan walaupun ada peningkatan ASP dan margin. Sementara dari sektor langsung kontraktor pertambangan batubara terjadi peningkatan revenue. Untuk emas, dengan adanya keenaikan harga, volume produksinya juga meningkat QoQ walaupun masih sedikit turun dibandingkan 2023.
Valuasi yang sangat murah dengan dividend menarik
2024 ASII akan cenderung flattish dan sedikit terkontraksi, namun valuasinya sangat menarik akibat turunnya harga saham di 2024 ini. PBV ASII telah mencapai titik terendah sepanjang masa di leevel PBV 0.8x, bahkan dibawah COVID crash 2020, walaupun ROE masih stabil di level 15%. Valuasi yang rendah ini akibat ekpektasi laba yang akan turun, isu yang lagi menekan (misal masalah Toyota Jepang yang memanipulasi safety control serta penetrasi dari EV), dan foreign outflow yang tinggi.
Dibalik valuasi yang murah, akan memberikan dividend yield yang sangat menarik. Jika kita ekpektasikan EPS 2024F akan di 740 ~ 780 (turun 7 – 11% dari 2023) dan dividend payout ratio di 62% maka divided yield sekitar 10 ~ 11% di tahun 2024. Apalagi jika ASII bisa kembali di apresiasi di mean valuation PBV 1.3x, maka akan ada MoS sebesar 40%. Artinya, ASII di harga sekarang mmang undervalue dengan dividend yang double digit.
Technical analysis: masih downtrend, wait and see
Secara technical analysis, kita lihat chart weekly nya sedang heavy downtrend, dengan foreign outflow yang massive. Saya rasa ini akan bertahan hingga 1-2 bulan kedepan seiring IHSG sedang terkoreksi, jadi sabar saja sambil wait and see. Namun jika ASII bisa bertahan hingga di level 4000 ini, tentu memberikan MoS lebih baik. Last demand structure ada di 3600 dimana ini adalah harga COVID, yang mungkin saja terjadi jika IHSG mengalami strong deep correction. Pantau area 4400 – 4000 sebagai zona akumulasi, karena saham dividend tinggi, semakin baik jika bisa dapat harga murah. Nilai tengah dengan volume tinggi di level 5500 ~ 5600 bisa sebagai target pertama.
Momentum Stock Investor since 2017. S1 ITB (Indonesia), S2 YU (South Korea).
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.