Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID

·

·

,

Saham INCO, dikenal sebagai PT Vale Indonesia Tbk (INCO), merupakan perusahaan yang beroperasi di Indonesia dari tahun 1920 an. Pada bulan Juli 1968 menjadi PT International Nickel Indonesia (INCO). Pendirian perusahaan ini melibatkan penandatanganan Kontrak Karya dengan pemerintah Indonesia, yang memberikan lisensi dan kepercayaan kepada perusahaan untuk melakukan eksplorasi, penambangan, dan pengolahan bijih nikel. Seiring berjalannya waktu, Saham INCO berkembang menjadi salah satu pemain utama dalam industri pertambangan nikel.

image 14
Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID 20

Mengenal business process saham INCO

Untuk mengetahui business process saham INCO, silahkan cek gambar dibawah ini. Di dunia ini ada dua jenis batuan Nickel: sulfide ore dan oxide ore. Perbedaannya adalah pada sulfide ore, Nickel berikatan dengan unsur S (Sulfur). Sedangkan pada Nickel oxide, Nickel berikatan dengan O2 (oksigen). Di Canada (belahan benua Amerika), Vale adalah mining company terbesar yang sangat paham untuk proses Nickel sulfide ore. Di Indonesia, nickel ore berbentuk oxide, sehingga business process paling optimum adalah jalur yang diambil oleh ANTM:

Nickel oxide -> Reduksi secara padat dengan carbon -> Reduksi secara cair + dicampur dengan scrap steel -> converter -> Ferronickel (campuran baja nickel). Baca artikel sebelumnya, dimana 75% demand dunia saat ini di stainless steel, Ferronickel adalah salah satu raw materialnya. Ferronickel memiliki komposisi 20 ~ 40% Nickel dengan sisanya adalah Fe (besi).

Namun saham INCO dengan raw material yang mirip (Nickel oxide, hanya saja lebih bagus) menggunakan jalur lain yakni menghasilkan Nickel matte (Nickel sulfide).

Nickel oxide -> Reduksi secara padat dengan carbon ditambahkan sulfur -> Reduksi secara cair -> converter -> Nickel matte. Menurut saya, ini dikarenakan kemampuan teknologi yang dimiliki Vale & INCO dulunya adalah proses Nickel sulfide, sehingga Nickel oxide di Indonesia perlu ditambahkan sulfur secara manual sehingga bisa mengikuti proses yang dilakukan di Vale Canada. Namun menurut saya ini membuat proses ini tidak efisien. Saya memahami hal ini karena dulu pernah bersama INCO membuat energy balance calculation untuk project cost-saving: coal conversion project HSFO Vale pada tahun 2013.

image 15
Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID 21

Proses di INCO bisa di simplifikasi menjadi beberapa tahap (cek Gambar dibawah). Dari blended ore (Saprolite (kadar Nickel tinggi 1.5 – 2%) dicampur dengan Limonite (kadar Nickel rendah < 1.5%) sehingga menghasilkan feed yang kemudian dikeringkan di Dryer Kiln. Setelah menghilangkan ~80% moisture, dried ore masuk ke dalam Reduction Kiln, yang berfungsi untuk melakukan proses kimia (ekstraksi logam) dengan menggunakan reduktor batubara dan gas panas yang cukup tinggi (800 ~ 1000 C). Setelah tereduksi sebagian menjadi NiO (Nickel oxide) lalu ditambahkan sulfide, akan masuk ke Electric Furnace untuk direduksi secara keseluruhan menjadi Furnace matte. Furnace matte ini dimurnikan di Converter sehingga produk akhirnya menghasilkan Nickel matte dengan komposisi impurities (mineral ikutan lain) yang sangat minim dan kemudian di export utamanya ke Jepang (Sumitomo).

image 13
Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID 22

Pro & Cons process saham INCO vs ANTM

Secara komposisi feed, INCO memiliki raw material lebih superior (1.5% ~ 2%) dibandingkan ANTM (0.8% ~ 1.5%), sehingga memiliki dapat memiliki cost of revenue lebih rendah karena lebih mudah dan murah memproses bijih dengan kadar yang lebih tinggi. Walau saya bisa bilang, proses INCO kurang efisien karena buat apa menghasilkan Nickel matte, jika bisa langsung reduksi biasa saja untuk jadi bahan pembuatan Ferronickel seperti ANTM, saya sadar INCO memiliki beberapa kelebihan substansial vs ANTM:

  1. Kadar Nickel di raw material lebih tinggi, sehingga cost of revenue lebih rendah. INCO jauh lebih rendah dibandingkan kompetitornya
  2. Nickel matte dapat dijual dengan harga lebih tinggi karena bisa digunakan untuk pembuatan Nickel class 1: EV (Electric vehicle) battery dan beberapa kebutuhan lain, dibandingkan stainless steel maupun Ferronickel
  3. Harga besi dan stainless steel cenderung melemah akibat penyerapan demand yang kurang baik dari China akibat collaps nya real estate disana

Competitive advantages (Moat) ini membuat INCO tetap kuat bersaing vs ANTM. Ditambah lagi expertise dan management dari Vale yang sangat baik membuat perusahaan ini secara kualitas tidak diragukan.

Trend Nickel dan Teknologi EV

image
Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID 23

Dilihat dari harga saham 2017 hingga 2023 mengalami pertumbuhan, namun di tahun 2023 hingga 2024 mengalami penurunan. Penurunan harga saham ini terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya, belum ada kepastian perpanjangan izin di bulan Agustus 2023. Hal ini membuat saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) terus merosot hingga terendah di tahun 2023. Perusahaan melakukan negosiasi untuk perpanjangan izin dan tekanan pemerintrah Indonesia yang  ingin mengakuisi PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

image 2
Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID 24

Saat ini harga nikel berada di angka 17.094 (USD), telah menjadi subjek perhatian yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun harga nikel mengalami kenaikan, namun di tahun 2022 hingga sekarang terus mengalami penurunan. Sekarang ada beberapa faktor yang menggangu harga nikel. Salah satunya adalah kelebihan pasokan yang disebabkan oleh upaya Indonesia dalam menurunkan biaya produksi. Indonesia, sebagai salah satu produsen nikel terkemuka di dunia, telah mempercepat produksi nikelnya dengan tujuan untuk menurunkan biaya produksi. Namun, langkah ini telah menciptakan situasi kelebihan pasokan Nickel dunia sementara demand tidak bisa mengejar secepat itu.

Kondisi ini diperparah oleh perlambatan ekonomi di China, yang menyebabkan penurunan harga yang signifikan. Diprediksi bahwa masalah kelebihan pasokan ini akan berlanjut setidaknya sampai FY25F, ketika permintaan mungkin sudah cukup pulih untuk menyerap pasokan yang tersedia.

Selain itu, kekhawatiran juga timbul terkait penurunan permintaan nikel karena industri kendaraan listrik (EV) cenderung mengadopsi baterai dengan teknologi kimia Lithium Iron Phosphate (LFP) yang lebih ekonomis, sambil menawarkan siklus hidup yang lebih panjang (~3.000 siklus dibandingkan dengan 800-2.000 siklus pada teknologi kimia nikel) dan risiko yang lebih rendah dari bahaya kebakaran. Berbagai sumber (Fastmarkets, ARK Investment) telah menunjukkan bahwa tren menunjukkan baterai LFP akan semakin dominan di masa depan, menggantikan popularitas baterai Nickel Manganese Cobalt (NMC). Cek tulisan sebelumnya di https://sahambagger.com/blog/nickel-oversupply-apakah-saham-antm-inco-bisa-berpotensi-rebound-2024/

image 10
Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID 25

Meskipun tren global menunjukkan pergeseran menuju teknologi LFP, pasar kendaraan listrik di wilayah barat masih lebih menyukai teknologi kimia yang lebih umum digunakan saat ini NMC. Menurut McKinsey, sel NMC811 dengan teknologi ini sebenarnya memiliki biaya bahan baku yang hampir sama dengan baterai yang lebih murah. Perbedaan harga sebenarnya lebih dikaitkan dengan faktor lain, termasuk biaya produksi dan penambahan nilai. Apakah harga akan turun bergantung pada kebijakan pemerintah di masa depan yang berkaitan dengan perdagangan nikel antara Indonesia dan pasar kendaraan listrik di wilayah barat.

Analisa fundamental saham INCO

Tahun 2023 INCO justru mengalami kenaikan pendapatan cukup baik disaat harga nikel semakin turun. Febriany Eddy, CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia, mengumumkan bahwa INCO telah mencapai produksi sebesar 70.728 metrik ton selama tahun 2023, meningkat 18% dari jumlah produksi pada tahun sebelumnya, yaitu 60.090 ton pada tahun 2022. Kenaikan produksi adalah hasil dari efektinya kinerja di area tambang dan pabrik.

image 1
Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID 26

Laporan keuangan selama 5 tahun terakhir menunjukan mengalami pertumbuhan. Tahun 2020 mengalami penurunan dikarenakan harga realisasi rata-rata yang lebih rendah. Harga realisasi rata-rata pengiriman nikel matte di tahun 2020 sebesar US$ 10.498 per ton, turun dari level tahun 2019 sebesar AS$10.855 per ton. Total liabilitas dalam 6 tahun terakhir terdapat kenaikan dan penuruan. Liabitias tidak mengalami kenaikan yang terlalu signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan pendapatan yang diperoleh di tahun 2023.

Hal tersebut membuat pertumbuhan produksi lebih tinggi dari sebelumnya. produksi INCO ke depan menjadi lebih baik karena pemeliharaan dan fasilitas yang menunjang. Perkiraan permintaan untuk nikel matte (dengan kandungan Ni sekitar 76-78%; Vale SA dan Sumitomo sebagai pembeli) akan tetap stabil, didukung oleh pertumbuhan dalam rantai pasokan baja tahan karat dan kendaraan listrik (EV).

image 11
Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID 27
image 9
Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID 28
image 7
Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID 29

Walau revenue di tahun 2021 hingga 2023 mengalami kenaikan. Di tahun 2024 dan 2025 diperkirakan sedikit menurun akibat beberapa issue yang sudah dijelaskan diatas, namun tentu hal ini tergantung dari kemampuan produksi INCO, apakah bisa di push keatas 73 ribu ton?

ROA menunjukan peningkatan di tahun 2021 hingga 2023. Hal ini menunjukan efisiensi operasionalnya. Ini bisa disebabkan oleh peningkatan produktivitas, pengendalian biaya yang lebih baik, atau peningkatan efisiensi dalam penggunaan aset. ROE di tahun 2021 hingga 2023 juga mengalami pertumbuhan.

Dilihat dari proyeksi 2024 hingga 2025 EV/EBITDA mengalami peningkatan. Semakin naik nilainya menunjukan bahwa bahwa harga saham sedang meningkat lebih cepat daripada kinerja keuntungan operasional perusahaan. Pasar juga memiliki pandangan positif terhadap perusahaan sehingga meningkatkan kepercayaan investor dan lonjakan harga saham.

Secara cost of revenue 2023 berhasil ditekan (lebih efisien) vs kenaikan revenue dan net profitnya di 2023 sehingga membuat valuasi nya terlihat murah, dimana hal ini diakibatkan oleh turunnya harga LME vs naiknya produksi secara signifikan.

PBV di tahun 2023 juga mengalami penurunan. Prediksi di tahun 2024 dan 2025 berada di sekitar PBV 0.8-1x. Secara historikal dari 2014 – 2024, PBV dibawah 1 termasuk cukup murah walaupun bisa mencapai titik terendahnya di PBV 0.5x. Untuk sebuah saham komoditas, tentu saya menyukai saham dengan PBV rendah namun PER tinggi, dengan harapan ketika kondisi lebih baik, earning akan meningkat tinggi lebih cepat dari harga sahamnya sehingga PER terlihat turun dan PBV meningkat menuju puncak dari siklus. Saat ini jika dilihat PBV 1x bisa saya bilang harga yang cukup murah walaupun belum bargaining. Dengan PER 9x, tentu INCO termasuk murah karena valuasi ini hanya pernah tersentuk ketika COVID, dimana harga LME lebih rendah dari saat ini.

image 16
Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID 30
image 3
Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID 31

MIND ID akhirnya akuisisi total 34% saham INCO

MIND ID  membeli 14% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO), sehingga menambah kepemilikan mereka menjadi 34% dalam perusahaan tersebut. Hal itu memberikan dampak MIND ID memiliki porsi kepemilikan yang lebih besar. Hal ini berpengaruh pada keputusan strategis dan kolaborasi pada PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Untuk memperpanjang Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), Vale Indonesia harus mematuhi Persyaratan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba).

image 4
Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID 32

Ketentuan divestasi saham sebesar sebesar 51% secara bertahap kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, badan usaha milik daerah, dan/atau badan usaha swasta nasional.  Proyek hilirisasi nikel Vale Indonesia diharapkan akan terus berjalan dan menambah nilai jual harga nikel tersebut. MIND ID (Holding BUMN) yang menjadi pemegang saham sebesar 34% diharapkan menjankan rencana smelter. Smelter merupakan proses peleburan dan pemurnian mentah menjadi logam dalam bentuk yang lebih murni dan berguna. Dari proses tersebut diharapkan  industri pertambangan mineral logam Indonesia memiliki nilai jual yang tinggi di pasar internasional. Kepemilikan saham ini juga memiliki hak untuk menunjuk 3 Komisaris, termasuk Komisaris Utama, serta Direktur Utama, dan Direktur SDM.

INCO memiliki fundamental yang cukup bagus. Hal ini dapat dilihat dengan pertumbuhan pendapatan ditengah harga nikel di pasar dunia yang terus turun. Perusahaan memaksimalkan kenaikan produksi di tahun 2023. Perusahaan memaksimalkan kinerja di area tambang dan pabrik.

Akusisi INCO di harga rendah membuat saya perlu standing applause pada pemerintah karena berhasil membeli saham di valuasi sangat murah. Namun tidak berarti real valuenya di harga 3000an, lebih kearah karena pemerintah punya upper hand, bargaining power jauh lebih tinggi dibandingkan Vale Limited.

Technical analysis saham INCO

Di harga 4000 jelas termasuk salah satu angka psikologis saham INCO (kesetimbangan), karena berada di strong demand zone 2014, 2018, 2019, dan akhirnya sekarang 2024. Dimana setelah 6 bulan berturut-turut closing bulanan merah (bearish), pertama kalinya februari 2024 closing hijau (atau biru hehe). Menunjukkan bahwa di zona harga ini buyer mulai melirik harga saat ini.

image 17
Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID 33

Secara foreign flow, terdapat bearish flow kuat di harga 4500. Namun di harga 3800-4000 mulai ada foreign inflow kembali hanya saja belum cukup kuat. Saya rasa hal ini akibat saham INCO sudah mulai ada certainty terhadap keputusan pemerintah. Secara trend jangka menengah, saham INCO masih berada dibawah EMA (50) sehingga masih cukup downtrend.

image 18
Analisa saham INCO: Competitive advantage dan akuisisi MIND ID 34

Harga saat ini tentu cukup menarik, karena secara valuasi sudah cukup fair to undervalue. Memang dengan ekspektasi tekanan di harga LME secara jangka pendek, akan membuat valuasi saat ini wajar. Namun jika kita mengikuti arahan Peter Lynch dengan melihat inventory nya, coba kita cek DIO (days of inventory) dan CCC (Cash conversion cycle) nya. Terlihat CCC yang turun 1/2 dari 2018 menunjukkan bahwa demand nya memang ada, sehingga bisa dikatakan belum terlihat adanya perlambatan demand.

Yes, ini bukan no-brainer moment memang (growth luar biasa bagus dengan valuasi gila murahnya), namun sudah cukup aman. Walaupun saya saat ini belum tertarik beli (ssaya lebih suka menunggu jika confirmed bullish), jika ingin spekulasi, perhatikan zona 3500 sebagai support dan 4500 sebagai resisance. Kalau kamu apakah tertarik?


whatsapp chat clear whatsapp share clear


Leave a Reply

Sahambagger CS
Send via WhatsApp